Selasa, 15 Mei 2012

Dia atau Dia


Synopsis

Walaupun kepindahan ku ke Jakarta sempat ditunda, tapi tetap saja pada akhirnya aku harus pindah ke Jakarta. Tapi aku senang, aku sempat merayakan ulang tahun Andre mungkin untuk terakhir kali dan aku juga sempat mengetahui perasaan seseorang terhadap ku. Beberapa hari sebelum pindah Fahrani sempat marah pada ku karena suatu hal, tapi mungkin karena ia berpikir tidak akan lama lagi kita bersama jadi aku dan dia sempat baikan sebelum aku pindah. Acara perpisahan malam itu amat sangat ramai dan membuat ku sedih, aku berpikir tidak akan lama lagi aku akan meninggal kan mereka walaupun jarak Bandung-Jakarta dekat tapi tidak bisa setiap hari aku bersama mereka dan aku yakin aku tidak akan menemukan teman-teman sebaik mereka di sekolah baru ku nanti. Pada malam itu juga ia meminta aku untuk jadi pacarnya. WOW! Tapi ini lah hal yang paling berat untuk aku tinggalkan, akan kah hubungan ku dengannya bertahan lama walaupun jarak memisah kan kita? Ya, aku harap begitu. Beberapa ming usetelah pindah ke Jakarta aku masih berhubungan baik dengan sahabat-sahabat ku di Bandung dan aku pun pasti main ke Bandung tiap akhir pekan. Kepindahan ke Jakarta ini menjadi awal keterpurukan dalam pergaulan ku, Teman-teman ku di sini sangat berbeda jauh dengan sahabat ku di Bandung. Walaupun tidak semua anak-anak di kelas ku nakal atau sombong tapi ada satu geng yang membuat ku enek melihat penampilan dan gaya mereka yang so. Baru beberapa hari sekolah saja rasanya aku ingin cepat lulus dan berpisah dengan mereka. Banyak anak yang sering mereka kerjain dan mereka suruh sesuka hati, tapi tidak ada satu pun yang berani melapor ke guru. Dibandingkan di Bandung, di Jakarta aku lebih sering berdiam diri di rumah daripada bermain ke kuar bersama teman-teman. Tunggu, bukan karena aku tidak  punya teman tapi aku tidak nyaman berteman dengan mereka.
Tapi kepindahan ku ke Jakarta juga yang membawa ku bertemu dengan orang yang dari dulu membuat ku penasaran. Setelah beberapa bulan kepindahan ku ke Jakarta teman-teman lama ku di Bandung semakin sombong saja, rasanya sulit untuk berkomunikasi baik dengan mereka, tapi tidak dengan Rama. Aku dan dia masih berhubungan baik sampai sekarang, hingga aku mendengar kabar bahwa ia sakit keras dari seseorang.
Orang tua ku yang tadinya tidak setuju dengan hubungan pertemanan ku dengan Gerald menjadi sangat mendukung ku. Tapi perasaan ku berkata lain, aku tidak bisa begitu saja meninggal kan Rama. Apa lagi setelah tahu bahwa Rama sakit keras, rasanya ingin segera aku berlibur ke Bandung dan menjenguknya. Tapi rencana berlibur ku ke Bandung batal karena suatu hal…pada akhirnya aku terpaksa membohongi kedua orang tua ku untuk bisa pergi ke Bandung. Aku kaget melihat sosok Rama yang sekarang, dan saat ke bandung aku tidak bisa bertemu dengan semua sahabat ku karena keterbatasan waktu yang ku miliki.
Seusai liburan aku harus tetap melihat wajah-wajah mereka lagi, iyuwh rasanya ingin muntah saja. Tetapi aku mendengar kabar bahwa salah satu dari anggota geng mereka dikeluarkan dari geng karena hal spele dan akhirnya dia dikucilkan dari geng itu. Sempat aku bertengkar hebat dengan ketua geng itu sampai aku di skors selama 3 hari, dan selama 3 hari ini aku kabur ke Bandung, karena orang tua ku sibuk dengan pekerjaannya.
Aku mendapat kabar bahwa kondisi Rama semakin parah dan sekarang ia dirawat di Rumah Sakit Jakarta Pusat. Saat aku sedang mengajak Rama berjalan-jalan di Rumah Sakit aku melihat Gerald keluar dari ruangan dokter, “sedang apa dia di sini?” umpatku dalam hati. Saat aku akan menghampirinya, Rama minta antar kembali ke kamar jadi ku urungkan niat ku untuk mengahmpiri Gerald.
Keadaan Rama tidak juga membaik, sudah 3 hari ini dia koma dan setiap hari juga aku menemaninya. Tapi Gerald tidak mengabari ku lagi semenjak ia tahu bahwa ada Rama di Jakarta, handphone nya pun tidak aktif sayangnya aku tidak tahu dimana rumahnya aku hanya bertemu dia di sekolah. Anak-anak geng di kelas selalu saja berulah, anehnya guru pun menghukum ringan-ringan saja kepada mereka semua. Aku pernah di hukum menghormat pada bendera di siang bolong gara-gara aku bertengkar sama Gisel anak manja di geng itu. Gisel hanya disuruh membersihkan kelas sepulang sekolah, tapi aku disuruh menghormat sampai bel pulang sekolah berbunyi. Baru setengah hari aku menghormat pada bendera tiba-tiba pandanganku buram dan akhirnya aku terjatuh. Saat aku terbangun ternyata aku di rumah sakit dan kata Tamara aku kekurangan banyak darah, dan saat aku lihat di kasur sebleah ku adalah Gerald!
Akhirnya gara-gara kejadian ini geng itu diskors selama seminggu. Suasana kelas tanpa geng itu amat sangat nyaman, tidak ada yang rebut-ribut lagi dan tidak ada anak-anak yang kena perbuatan usil mereka.
Rama belum juga sadar, sudah satu minggu ia koma, aku sangat mengkhawatir kannya. Tapi bagaimana dengan Gerald, aku juga sering melihat dia saat aku menjenguk Rama. Sebenarnya apa yang ia lakukan di sini? Beberapa sahabat ku dari Bandung bergantian datang menjenguk Rama jadi saat itu aku juga bisa melepas rindu dengan mereka walaupun bukan waktu yang tepat untuk melepas rindu, tapi dimana dan kapan lagi selain di sini?
Saat aku berpapasan dengan Gerald di kantin Rumah Sakit aku menahannya dan mengajaknya mengobrol, tapi sepertinya ia tetap menyembunyikan sesuatu dan selesai berbicara ia pun pergi karena dipanggil oleh seorang dokter.
Geng yang so asik dan gaul itu kembali masuk ke sekolah, kelas yang tadinya aman dan tentram tanpa mereka sekarang kembali ribut lagi dan kembali banyak anak-anak yang mereka suruh seenaknya. Pernah waktu itu Tamara teman dekat ku mereka suruh pergi ke gudang dan mereka kurung ia di dalam selama pelajaran. Bagaimana pun mereka dihukum tapi mereka tidak pernah kapok dan selalu mengulangi perbuatan usil dan seenaknya itu.
Aku sering berpapasan dengan Gerlad di sekolah tetapi kita tak pernah sempat untuk mengobrol. Aku masih bingung sebenarnya apa yang dia lakukan di Rumah sakit selama ini. Apa dia juga sakit? Apa dia bekerja di rumah sakit? Pa orang tuanya yang sakit? Apa ayah atau ibunya yang bekerja di rumah sakit? Beribu pertanyaan muncul di benakku. Semenjak kepindahan ku ke Jakarta, orang tua ku sibuk sekali, Ayah yang memang sibuk sejak masih di Bandung dan sekarang Bunda yang sibuk dengan butik yang dibukanya. Aku sering merasa kesepian di rumah sendiri, jadi aku lebih baik mengahibskan waktu ku bersama Rama di rumah sakit, tidak jarang juga aku sering menginap di rumah sakit, entah ayah dan bunda sadar aku tidak ada di rumah atau tidak.
Keadaan Rama semakin membaik, ia sudah bisa duduk di tempat tidur rumah sakit dan sudah bisa makan makanan berat tidak memerlukan selang lagi untu makan. Tapi aku mendengar kabar bahwa Gerald di rawat dan kondisinya sangat kritis, sudah 4 hari ia koma. Sebenarnya ada apa dengan Gerald? Rama mengenal Gerald, tapi aku piker Gerald hanya tau selintas tentang Rama.
Setelah kurang lebih 2 bulan Rama dirawat di rumah sakit, ia diperbolehkan pulang oleh dokter, tetapi ia tidak mau langsung pulang ia ingin tinggal bersama ku untuk beberapa hari, akhirnya Rama tinggal di rumah ku untuk satu minggu. Gerald tidak ada kabar, saat aku ke rumah sakit katanya ia berobat di luar negeri karena rumah sakit di Indonesia tidak ada yang bisa menangani penyakitnya. Sebenarnya apa sakit yang ia derita hingga harus berobat ke luar negeri?
4 bulan berlalu sudah setelah kepergian Gerald ke luar negeri. Sekarang aku sedang berlibur ke Paris bersama Rama, Tamara dan sahabat-sahabat ku dari Bandung. Aku melihat seseorang yang mirip dengan Gerald saat aku sedang berjalan-jalan sendirian  di sekitar hotel tempat ku menginap, tapi ia terlihat lebih kurus, saat aku akan mengampirinya ia menghilang, sepertinya masuk ke sedan putih itu.
Aku sekarang duduk di kelas bangku kelas 12 dan aku mendengar kabar bahwa Gerald sudah kembali ke Indonesia. Saat aku ke kantin dan melewati lapangan basket aku melihat Gerald sedang bermain basket, aku pun memanggilnya. Aku pun memaksa ia bercerita yang sebenarnya, aku tak percaya dengan apa yang baru ku dengar tadi, tak terasa air mata ku pun turun memebasahi kedua pipi ku, Gerald pun menyandarkan kepala ku ke dadanya, semakin menjadilah tangisan ku di pelukannya itu.
Aku dan Rama masih berhubungan baik, aku pun menceritakan semua tentang Gerald. Beberapa hari setelah aku menceritakan itu, Rama tidak  juga menghubungi ku, saat aku hubungin ke handphone nya pun tidak bisa dan aku mendengar kabar bahwa penyakit Rama kambuh lagi dan sekarang ia di rawat di salah satu rumah sakit di Bandung. Akhir pekan aku pun pergi ke BVandung bersama Gerald. Keadaan Rama tidak begitu buruk, ia masih sadarkan diri. Tetapi saat di Bandung Gerald menghilang, dan hanya mengirim kan pesan “Hubungi aku jika kamu akan kembali ke Jakarta.”
Aku kembali ke Jakarta bersama Gerald setelah keadaan Rama membaik. Aku lebih fokus ke pelajaran sekarang, karena aku ingin masuk universitas kedokteran atau psikolog tapi aku juga ingin menjadi penulis, semoga saja semua cita-cita ku tercapai. Tak terasa sekarang aku menghadapi Ujian Nasional. Hari terus berlalu, Ujian Nasional pun sudah terlewat kan sekarang tinggal menunggu haslnya, semoga hasilnya sesuai dengan yang aku harap kan. Selama libur aku sering bermain ke Bandung, karena sudah bisa mengendari mobil sendiri aku bolak-balik Jakarta-Bandung semau ku, kadang aku mnegajak sahabat-sahabat ku di Bandung bermain di Jakarta, kadang kita kebur ke Bogor bahkan waktu itu kita nekat akan ke Jogja, tapi mengingat keadaan Rama kita membatal kan rencana gila itu.
Hari kelulusan pun tiba, orang tua ku seharian berada di rumah menunggu surat dari pos. saat surat dari pos datang ayah, bunda, aku dan Bi Inah pun ikut berkumpul di ruang tengah. Ayah pun membuka amplop coklat itu perlahan, dan…
Aku mendengar kabar bahwa Gerald masuk ke rumah sakit beberapa hari setelah aku beri tahu bahwa aku lulus. Aku pun segera ke rumah sakit, saat aku melihat banyak selang-selang yang terhubung ke tubuhnya, aku tak tahan menahan air mata ku dan aku pun menangis sambil menggenggam tangan Gerald. Kata Ka Desta dokter sudah tidak bisa membantu lagi, sekarang tergantung bagaimana Gerald akan kah ia bertahan atau ia memilih untuk pulang.
Sepulang dari pemakaman aku mengurung diri ku di kamar sambil melihat-lihat foto ku bersamanya, aku tidak percaya akan secepat ini Tuhan mengambilnya dari ku, padahal besok adalah ahri jadi yang ke 2 tahun aku dengannya. Mungkin ini memang sudah takdirnya, aku harus rela melepas kan dia. Selamat jalan! Aku akan selalu menyayangi mu :)