Aurora dan Peri Moontania
Pada suatu hari Aurora sedang tertidur pulas di kamarnya. Saat ia terbangun, ia melihat pemandangan yang berbeda dan belum pernah ia lihat sebelumnya. “Dimana ini? Aku belum penah melihat tempat seindah ini sebelumnya” umpat Aurora dalam hati. Auorora melihat ke sekelilingnya, ia baru sadar sekarang ia berada di atas bukit yang penuh dengan bunga berwarna-warni. Sambil kebingungan Aurora terus berjalan mengelilingi bukit itu. Ia terkejut saat melihat anak-anak yang sedang bermain di bawah bukit itu bersama…tunggu, itu apa yang berterbangan? Itu…seperti peri, ya itu peri yang ada di dongeng-dongeng. Karena penasaran Aurora pun menuruni bukit itu.
Ternyata ada ya tempat seindah ini, umpat Aurora dalam hati. Saat ia sampai di bawah, seorang peri yang mungil dan cantik menghampirinya. “Halo Aurora, selamatdatang di Negeri Impian” sapa peri cantik tersebut. “Ya,,,yah hal…halo. Si…siapa kamu?” tanya Aurora terbata-bata. “Aku peri bulan, namaku Moontania” peri bulan memperkenalkan diri. “Kau cantik sekali Moontania, sayap mu indah sekali. Bolehkah aku menyentuhnya?” Tanya Aurora saat Moontania berada di hadapannya. “Silahkan, asal kau tidak merusaknya” canda peri bulan itu, Moontania lalu mendarat di telapak tangan Aurora. “Aku peri yang akan menemanimu selama kau ada di sini Aurora” ucap Moontania pada Aurora yang masih mengagumi sayap peri bulan itu. “Sepertinya asik juga jika aku bisa terbang sepertimu dan seperti peri-peri yang lain” Aurora tak mengindahkan perkataan peri bulan tadi dan malah asik dengan pikirannya sendiri.
“Apakah kau mau melihat-lihat Negeri Impian ini, Aurora?” tanya peri bulan yang sekarang sudah terbang di depan wajah Aurora. “Mau sekali!” seru Aurora penuh semangat. Tspi wajah Aurora tiba-tiba murung. “Tapikan aku tidak punya sayap. Mustahil aku mengelilingi Negeri seluas ini dengan berjalan kaki” keluh Aurora. “Jangan khawatir Aurora, aku akan memberimu sayap” hibur peri bulan. Peri bulanpun mengangkat tongkat dan mengarahkannya pada Aurora. Tring…tiba-tiba ada sesuatu yang menempel di punggung Aurora, ternyata itu sayap yang Moontania sulap dengan tongkatnya. Aurora gembira sekali setelah Moontania memberi ia sepasang sayap, ia lalu mengajak peri bulan untuk segera berkeliling. “Moontania ayo kita berkeliling” ajak Aurora riang. Peri bulan mengangguk, peri bulan dan Aurora pun terbang. “Jangan terbang terlalu tinggi Aurora, kau bias terjatuh jika kau terbang terlalu tinggi” nasehat peri bulan yang melihat Aurora terbang tinggi di atasnya. Mendengar perkataan peri bulan, Aurora pun terbang sejajar dengan Moontania. “Indah sekali Negeri ini” ucap Aurora yang masih memandangi keindahan Negeri Impian. Dari atas Aurora bisa melihat anak-anak seumurannya sedang bermain riang bersama peri pendampingnya masing-masing. Ada yang sedang bermain kejar-kejaran dengan anak lain, ada peri yang sedang sulap dan dikerumuni anak-anak, ada juga anak yang sedang menangis karena terjatuh saat terbang.
Aurora terperanjat dan hamper jatuh karena kaget. “Apa itu?” tanya Aurora sambil menunjuk sebuah bangunan besar berwarna merah muda yang sangat cantik. “Itu istana, tempat tinggal kau dan teman-temanmu serta para peri pendamping” jawab peri bulan sambil tersenyum. “Mau masuk ke dalam sana?” tanya peri bulan lagi sambil terbang menuju istana. “Tunggu…aku ikut” ucap Aurora saat menyusul peri bulan yang sedang terbang santai.
Ternyata di dalam istana para peri bersama anak asuhnya sedang bersantai. Ada yang sedang mengobrol, ada anak yang sedang makan di suapi peri pendampingnya, ada yang sedang bermain, ada juga anak yang sedang didandani oleh peri pendampingnya. “Mau melihat ruangan lain Aurora?” tawar peri bulan, Aurora pun menganguk riang. Aurora terbang di belakang peri bulan sambil memandangi suasana sekelilingnya. “Nanti jka kau lelah, kau bisa beristirahat di sini Aurora” ucap peri bulan saat sampai di sebuah ruangan yang besar seperti kamar, tapi itu kamar yang sangat besar jika dibandingkan dengan kamar tidur milik Aurora di rumah aslinya. Di dalam kamar itu ada beberapa anak yang sudah tertidur pulas. “Sepertinya mereka lelah tapi dilihat dari wajahnya yang tersenyum mereka pasti senang telah bermain seharian “ umpat Aurora dalam hati. Sedangkan peri-peri pendamping yang anak asuhnya sudah tidur, sedang minum teh di meja kecil yang berada di balkon kamar. Ada juga anak yang sedang dibacakan dongeng sebelum tidur oleh peri pendampingnya, anak itu mendengarkan dengan seksama. “Aurora apakah kau akan beristirahat sekarang? Tanya peri bulan membuyarkan lamunan Aurora.
“Tidak Moontania, aku masih ingin berkeliling” jawab Aurora. “Baiklah, ayo kita ke tempat lain” ajak peri bulan. Mereka pun keluar dari kamar dan menuju halaman belakang. Lai-lagi Aurora tidak bis amenjaga keseimbangannya dan hamper terjatuh. “Aurora berhati-hatilah” ucap Moontania saat melihat Aurora yang oleng. Aurora tidak mengindahkan perkataan Moontania. Ia masih takjub dengan apa yang ia lihat. “Apakah itu permainan Quidditch Moontania? Apakah itu permainan yang ada di film harry potter?” tanya Aurora yang dari tadi memperhatikan anak-anak yang sedang bermain bola kecil yang terbang. “Iya Aurora, itu Quidditch” jawab peri bulan. “Apakah kau mau ikut berman bersama mereka?’ tanya peri bulan lagi-lagi membuyarka lamunan Aurora. “Ya! Aku mau bermain bersama mereka” jawab Aurora penuh semangat. “Pakailah peraalatan yang harus kau gunakan di sana” peri bulan menunjuk sebuah tenda yang berada tidak jauh dari tempat mereka terbang sekarang. Tanpa aba-aba lagi Aurora segera terbang dan masuk ke dalam tenda, tidak lama kemudian ia sudah keluar lengkap dengan atribut permainan. “Bergabunglah bersama teman-temanmu. Aku akan menunggu bersama peri lain di bawah sana” peri bulan menunjuk peri lain yang sedang asik mengobrol di bawah. Setelah peri bulan selesai berbicara Aurora segera berabung dengan teman-temannya yang sedang bermain Quidditch.
“Lempar ke sini!” seru Aurora pada temannya. Aurora bermain dengan penuh semangat. Ia sedang meregangkan otot-ototnya sambil menunggu bola dating, duk…kepala Aurora terkena bola. Sekarang ia terbang tidak seimbang dan bluk…Aurora pun terjatuh. “Aw, sakit sekali” keluh Aurora saat ia bangun. Saat ia sadar sekarang ia ada di kamar kecilnya, ia pun bingung. “Bukannya tadi aku sedang bermain Qudditch di Negeri Impian?” tanya Aurora pada dirinya sendri sambil bangun dan memegang kepalanya yang masih sakit. “Ternyata Negeri Impian hanya mimpi’ sesal Aurora yang sekarang duduk di tempat tidur. Saat ia melihat keluar jendela kamarnya, ia melihat…tunggu, itukan ya tidak salah lagi itu Negeri Impian.